Cerita Indah dari Pulau Pari Masih Membekas

Kepulauan Seribu — Momen libur Lebaran selalu menjadi waktu yang dinanti banyak orang untuk sejenak melepas penat. Tahun ini, Pulau Pari kembali mencuri perhatian sebagai salah satu destinasi favorit warga Jakarta dan sekitarnya saat masa libur IdulFitri 1446 H.

Sejak H+1 Lebaran, dermaga penyeberangan di Muara Angke dan Marina Ancol tampak padat oleh wisatawan. Mereka rela antre sejak pagi demi bisa menikmati liburan singkat di pulau yang hanya berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan laut dari Ibu Kota ini. Pulau Pari memang menawarkan kombinasi ideal: pasir putih lembut, air laut sebening kristal, suasana tropis yang alami, serta udara yang jauh dari polusi kota.

“Awalnya saya tidak menyangka ada pulau seindah ini di Jakarta. Pasirnya bersih dan suasananya mirip Bali,” ujar Wahyu, wisatawan asal Tangerang Selatan yang datang bersama keluarganya.

Salah satu spot paling ikonik di Pulau Pari adalah Pantai Pasir Perawan. Pantai ini menjadi primadona bagi wisatawan karena memiliki garis pantai yang luas, air laut bergradasi biru kehijauan, dan ombak yang tenang—aman untuk anak-anak maupun dewasa. Banyak keluarga menghabiskan waktu di sini dengan berenang, bermain pasir, atau piknik di bawah pepohonan rindang.

Bagi pencinta matahari, sore hari adalah waktu terbaik untuk menikmati sunset di Pantai Bintang. Di area ini, pengunjung bisa duduk di ayunan yang tergantung di pohon kelapa atau di bean bag warna-warni yang disediakan oleh kafe-kafe kecil setempat sambil menikmati es kelapa muda.

Snorkeling dan menyelam juga menjadi aktivitas unggulan. Pulau Pari memiliki beberapa titik snorkeling populer seperti Area Karang Kapal dan Karang Jeruk. Di sinilah wisatawan dapat menyaksikan langsung kehidupan bawah laut—ikan badut, bintang laut, hingga terumbu karang warna-warni yang masih alami. Alat snorkeling bisa disewa dengan harga terjangkau mulai dari Rp30.000–Rp50.000, lengkap dengan pelampung dan sepatu katak. Tersedia pula jasa pemandu lokal yang siap menemani eksplorasi laut.

Tak hanya itu, wisatawan juga bisa bersepeda keliling pulau. Sepeda-sepeda bisa disewa di homestay atau warung sekitar pelabuhan dengan tarif sekitar Rp25.000 per hari. Jalur sepeda yang membelah kampung nelayan dan menyusuri pantai menjanjikan pengalaman santai namun memikat

Bagi yang ingin belajar sekaligus menikmati keindahan alam, kawasan hutan mangrove di Pulau Pari menjadi pilihan tepat. Pengunjung bisa berjalan di atas jembatan kayu sepanjang hampir 500 meter yang membelah hutan bakau. Di sini, wisatawan tak hanya bisa ber swafoto, tapi juga mengenal lebih dekat fungsi penting hutan mangrove dalam menjaga ekosistem pesisir.

Pulau Pari memiliki berbagai pilihan homestay dan penginapan dengan harga bervariasi, mulai dari Rp150.000 hingga Rp500.000 per malam. Fasilitas yang ditawarkan pun cukup lengkap, mulai dari AC, air bersih, hingga sarapan pagi. Beberapa homestay bahkan menawarkan paket wisata lengkap termasuk makan, snorkeling, dan sepeda.

“Kalau hari biasa memang masih tergolong sepi, tapi selama Lebaran kemarin semua kamar penuh. Banyak yang datang dari Jakarta, Bekasi, bahkan Bandung,” kata Maman, pengelola salah satu homestay.

Kuliner juga menjadi daya tarik tersendiri. Di dekat dermaga, terdapat pasar kecil dan warung-warung yang menyajikan makanan laut segar, seperti ikan bakar, cumi goreng tepung, hingga sate kerang. Tidak ketinggalan, es kelapa muda dan es campur yang cocok untuk menyegarkan tubuh setelah seharian beraktivitas di bawah matahari.

Fenomena ramainya Pulau Pari saat Lebaran menjadi pengingat bahwa Jakarta tidak hanya soal gedung pencakar langit dan kemacetan. Di ujung utaranya, tersimpan surga kecil yang menawarkan keindahan, ketenangan, dan keramahan.

Meskipun masa libur Lebaran telah berakhir, cerita tentang Pulau Pari masih membekas di hati banyak wisatawan. Tak sedikit dari mereka yang berencana kembali, entah saat akhir pekan, cuti bersama, atau libur panjang berikutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup